Apa itu…?
ohmmeter / Ohm Meter…..
Ohm-meter adalah
alat pengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus
listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat
ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk
mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang
kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
Desain asli dari ohmmeter
menyediakan baterai kecil untuk menahan arus listrik. Ini menggunakan galvanometer
untuk mengukur arus listrik melalui hambatan. Skala dari galvanometer ditandai
pada ohm, karena voltase tetap dari baterai memastikan bahwa hambatan menurun,
arus yang melalui meter akan meningkat. Ohmmeter dari sirkui itu sendiri, oleh
karena itu mereka tidak dapat digunakan tanpa sirkuit yang terakit.
Tipe yang lebih akurat dari
ohmmeter memiliki sirkuit elektronik yang melewati arus constant (I) melalui
hambatan, dan sirkuti lainnya yang mengukur voltase (V) melalui hambatan.
Menurut persamaan berikut, yang berasal dari hukum Ohm, nilai dari hambatan (R)
dapat ditulis dengan:
V = Potensial listrik (voltase/tegangan)
I = Arus listrik yang mengalir.
I = Arus listrik yang mengalir.
Untuk pengukuran tingkat tinggi tipe meteran yang ada di atas
sangat tidak memadai. Ini karena pembacaan meteran adalah jumlah dari hambatan
pengukuran timah, hambatan kontak dan hambatannya diukur. Untuk mengurangi efek
ini, ohmmeter yang teliti untuk mengukur voltase melalui resistor. Dengan tipe
dari meteran ini, setiap arus voltase turun dikarenakan hambatan dari gulungan
pertama dari timah dan hubungan hambatan mereka diabaikan oleh meteran. Teknik
pengukuran empat terminal ini dinamakan pengukuran Kelvin, setelah metode
William Thomson, yang menemukan Jembatan Kelvin pada tahun 1861 untuk mengukur
hambatan yang sangat rendah. Metode empat terminal ini dapat juga digunakan
untuk melakukan pengukuran akurat dari hambatan tingkat rendah.
Mengukur Nilai Resistansi
Resistor (Ohm)
Ada beberapa hal yang perlu Perhatikan sebelum melakukan
pengukuran menggunakan ohm meter, yaitu :
1. Pastikan
alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur
Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan angka nol (0), bila menurut anda
angka yang ditunjuk sudah nol maka tidak perlu dilakukan pengaturan sekrup.
3. Lakukan
Kalibrasi alat ukur. Posisikan saklar pemilih pada skala ohm pada x1 Ω, x10,
x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel terminal negatif (hitam)
dan positif (merah). Atur jarum AVO merer tepat pada angka nol sebelah kanan
dengan menggunakan tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah
kalibrasi atur saklar pemilihpada posisi skala Ohm yang diinginkan yaitu pada
x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah
setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan
dikalikan dengan nilai skala Ohm yang dipilih oleh saklar Pemilih.
5. Pasangkan
alat ukur pada komponen yang akan diukur ingat jangan pasangalat ukur ohm saat
komponen masih bertegangan).
Cara Membaca Ohm Meter
1. Untuk
membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
2. Anda
hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk
dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan
sakelar pemilih.
3. Misalkan
Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya
dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm
atau setara dengan 2 Kohm.
Contoh cara pembacaan nilai resistor
Misalkan pada gambar terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Kemudian saklar pemilih
menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan /
resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk
jarum = 26
Skala pengali
= 10 k
Maka nilai resitansinya
= 26 x 10 k
= 260 k
= 260.000 Ohm.
Bagaimana cara membuat Ohmmeter Multirange…?
Berikut akan
di jelaskan bagaimana cara membuat ohm meter multirange
Gambar 1. Skematik sederhana ohmmeter membuat sebuah
ohmmeter.
Pada pembahasan sebelumnya,kita
lihat bahwa sebuah voltmeter sebenarnya dibuat dari meteran yang bisa bergerak
disusun seridengan
suatu resistansi. Simpangan pembacaannya proporsional dengan
nilai arus yang melewatinya. Dengan menggunakan prinsip yang sama, hal ini
mungkin untuk menggunakan meteran seperti ini digunakan untuk mengukur
resistansi (ohmmeter).
Tidak seperti voltmeter, yang menggunakan tegangan eksternal
(luar) untuk menghasilkan arus yang digunakan untuk membuat simpangan pada
jarum PMMC, sebuah ohmmeterharus
mempunyai sumber tegangan internal (biasanya sebuah baterai) untuk menghasilkan
arus yang dibutuhkan untuk pengukuran. Skematik dari ohmmter sederhana ditunjukkan
pada gambar 1.
Pada rangkaian gambar 1, kita dapat melihat bahwa tidak akan
ada arus yang mengalir kecuali jika resistansi yang akan diukur, Rx,
dihubungkan pada terminal ohmmeter yang terbuka. Ohmmeter didisain sehingga
arus yang maksimum akan mengalir melewati meteran ketika resistansi yang
terhubung dengan terminal ohmmeter adalah sama dengan nol (misalkan hubung
singkat, Rx = 0).Penyekalaan
dari tampilan ohmmeter dihitung berdasarkan pergerakan simpangan dari berbagai
nilai resistansi yang diukur.
Karena kita ingin simpangan maksimum ketika terminal
terhubung singkat, nilai Rs dihitung dengan cara yang sama seperti saat
mendisain voltmeter, dihitung
Gambar 2. Penyekalaan sebuah ohmmeter
Jadi, saat resistansi yang diukur adalah minimum (R = 0),
maka arusnya akan maksimum. Begitu juga sebaliknya, ketika resistansi yang
dikur maksimum (R = ∞),
arusnya akan minimum atau sama dengan nol. Skala dari sebuah ohmmeter
ditunjukkan pada gambar 2.
Karena arus adalah berbanding terbalik dengan resistansi
suatu rangkaian, jadi skalanya tidak linier. Contoh berikut menunjukkan prinsip
ini.
Gambar 3. Disain penyekalaan ohmmeter
1.
Disain sebuah ohmmeter menggunakan sebuah
baterai 9 V dan sebuah meteran PMMC yang memiliki Ifsd = 1 mA dan Rm= 2
kΩ. hitung nilai
Rx ketika pergerakan simpangannya 25%, 50%,
dan 75%.
- Nilai dari resistansi serinya adalah
Rs = (9V / 1
mA) – 2 kΩ = 7 kΩ
Dengan menganalisa rangkaian seri, kita lihat bahwa saat
Rx = 0 Ω, arusnya adalah Ifsd = 1 mA.
Dengan hukum Ohm, resistansi total dari rangkaian haruslah
RT = 9 V / 0.25 mA = 36 kΩ
Untuk rangkaian tersebut, hanya resistansi bebannya ,Rx,
saja yang bisa berubah. Nilainya dihitung
Rx = RT – Rs –
Rm = 36 kΩ – 7 kΩ – 2 kΩ = 27 kΩ
Dengan carayang sama, pada saat simpangannya 50%, arus pada
rangkaian I = 0.5 mA dan resistansi totalnya adalah RT= 18 kΩ. Jadi, resistansi
yang diukur harusnya adalah Rx = 9 kΩ.
Akhirnya, pada saat simpangan 75%, arus pada rangkaian akan
menjadi I = 0.75 mA, resistansi totalnya menjadi 12 kΩ. Sehingga, untuk
simpangan 75%, resistansi yang terukur Rx= 3 kΩ.